Dampak perceraian orang tua terhadap psikologis anak usia dini

Abstract

Perkawinan ialah ikatan sakral yang menyatukan dua insan yang saling mencintai dan dalam Islam dianggap sebagai ibadah seumur hidup. Namun, berakhirnya sebuah pernikahan merupakan kenyataan pahit yang tidak hanya mempengaruhi pasangan suami istri tetapi juga anak-anak mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak perceraian terhadap psikologi anak, khususnya anak usia sekolah dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus, melibatkan wawancara mendalam dengan keluarga yang mengalami perceraian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak dari keluarga yang bercerai mengalami berbagai masalah psikologis, seperti pemurungan, kesulitan fokus, emosi yang tidak stabil, penurunan pertumbuhan dan perkembangan fisik, serta kurangnya kemampuan bersosialisasi. Anak tersebut tidak mendapatkan kasih sayang penuh dari ayahnya dan kurang perhatian dari ibunya yang harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ketiadaan ayah dan minimnya perhatian ibu mengakibatkan anak lebih suka menyendiri dan merasa minder di antara teman-temannya. Perceraian menandakan ketidakharmonisan dalam hubungan suami istri yang kehilangan rasa kasih sayang, menyebabkan renggangnya hubungan dan putusnya komunikasi. Berdasarkan wawancara, ditemukan bahwa alasan perceraian dalam kasus ini adalah pengabaian kewajiban suami untuk menafkahi keluarga dan masalah keuangan. Keluarga, sebagai lembaga pertama dan utama dalam pembentukan kepribadian anak, mengalami disfungsi ketika perceraian terjadi, menghambat perkembangan anak dan mempengaruhi perilakunya secara negatif. perceraian orang tua memberikan dampak yang signifikan terhadap psikologi anak, terutama pada usia yang masih sangat bergantung pada pola asuh yang stabil dari kedua orang tua. Penelitian ini menekankan pentingnya perhatian dan dukungan dari orang tua yang bercerai untuk meminimalisir dampak negatif pada anak.